Malam itu hujan turun begitu deras, rintikan hujan
menghantam genteng sangat terdengar
jelas, hingga membuat tv yang kunyalakan sedari tadi tidak terdengar jelas.
“Flow” Terdengar suara ibu memanggilku.
“Iya bu”
“cepat
kemarilah, ada yang ingin ibu tunjukkan padamu”
Aku segera bangkit dari sofa dan mendatangi ibu yang
dari tadi berada didapur, aku tidak tahu apa yang ia lakukan, tapi kulihat ibu
sibuk sekali
“Ada apa ibu?” Tanyaku sambil menepuk pundaknya.
“Coba lihatlah itu” Dia menunjuk sebuah pintu yang
menuju ke taman belakang rumah kami. Ya rumah kami cukup besar, dengan taman di belakang rumah, dan ada satu
ayunan disana. Mungkin sepeninggal pemilik rumah ini yang lama.
Dia menunjuk ke jendela kecil yang ada di pintu itu,
dan mengarah langsung pada ayunan kecil, aku melihat ayunan itu, tidak ada yang
aneh. Hanya gelap dan ditemani rintikan air hujan yang mulai berhenti, dan
membuat suasana sedikit mencekam untuk melihat ke ayunan itu.
“Ada apa ? tidak ada apa-apa disana bu”
“Lihatlah lebih dalam Flow” Dia menjawab tanpa
sedikitpun memalingkan pandangannya dari ayunan kecil yang sudah tua dan
berkarat itu.
Aku
coba menyempitkan mataku dan melihat lebih dalam, dan ya seperti aku bilang
tadi. Tidak ada apa-apa disana, hanya gelap.
Berbaring di kamar ini adalah hal terindah setelah
seharian harus melawan kerasnya diluar sana, kamar ini bagai surga sekarang.
Surga yang dalam artian lain, menyalakan mp3 yang sejak kemarin masih terpasang
pada sebuah sound di meja belajarku. Playlist dari mp3 itu mulai bermain,
seperti sebuah backsound dari rintik hujan yang sedang bernyanyi lepas tanpa
batas, menembus pekatnya malam. Perlahan-lahan aku pun mulai memasuki alam
bawah sadar, lagu yang sedari tadi bermain seperti merasuki pikiranku. Lantunan
lagu-lagu jazz dan sedikit blues memang favoriteku.
Suara itu, tiba-tiba aku terbangun dari tidurku.
Suara keras itu tidak asing bagiku, ibu; ya itu memang ibu. Apa yang ia lakukan
malam-malam begini, berteriak-teriak diluar, dihalaman belakang. Segera aku
bangkit dan mendatanginya, ibu bukan seperti ibu. Dia berteriak-teriak seperti
anak kecil yang merengek karena melihat suatu mainan dan menginginkannya.
“Ibu? Ada apa? Sadarlah” Sembari menepuk-nepuk
pipinya, kurasa dia telah kerasukan.
Tatapannya kosong, melihat langit jauh disana.
Seperti menerawang sesuatu, sesuatu yang sangat jauh. Aku hanya melihatnya dan
mengucapkan kata yang sama berkali-kali, doa yang dari tadi ku ucapkan dalam
hati pun tak kunjung putus. Tuhan sadarkan ibuku.
“Flow? Ngapain kamu disitu” Suara dari arah
belakang, tepatnya pintu yang menuju ke arah dapur. Suara itu tidak asing,
tunggu dulu. Ibu!
Karena reflek aku segera memutar kepalaku kebalakang,
untuk melihat apakah itu benar ibu. Itu ibu, syukurlah. Tapi tunggu, siapa yang
aku sedang peluk ini? Astaga! Aku kembali meilhat, siapa yang sedang ku peluk
dalam dekapanku ini?
Ini..ini..iniii.. Kengerian tiba-tiba muncul dalam
benakku, menjadi sebuah boneka belanda tua. Ini seperti boneka rajutan tua.
Boneka ini terlihat sekali buatan tangan. Dan...
-Bersambung-
@argasays
-Bersambung-
Makasih udah baca sampai abis:) jangan lupa comment! Jangan bosen-bosen visit ya!
EmoticonEmoticon