Kemampuan indigo ku keluar, ya aku seorang anak
spesial dengan kemampuan indigo, yang kudapat dari ibu. Aku melihat jauh
kedalam-jauh sekali, kembali kemasa lalu yang kelam. Aku melihat anak kecil
disana, dimana ini seperti tidak begitu asing. Astaga! Aku berdiri dihalaman
belakang rumahku, disana ada anak kecil mungkin masih sekitar 3 tahun. Dia
duduk disana memainkan boneka yang usang tadi, tapi disini masih terlihat baik,
begitu manis. Dengan rajutan berwarna merah muda dan kain flanel berwarna merah
maroon dan ada seperti kain pita dilehernya, begitu manis. Anak kecil itu masih
terlihat remang-remang, kemampuanku memang jarang kuasah, sangat sulit menembus
nya. Seorang wanita paruh baya mendatangi anak itu dari pintu dapur. Dia
seperti menggendong anak itu dan mengajak nya pergi, entah kemana. Sesaat
setelah aku ingin mengikutinya, sebuah tangan menahanku. Saat kulihat, itu
adalah ibuku.
“Bukan urusan kita melihat masa lalunya, lebih baik
kau kembali dan ibu akan menceritakan semua yang telah ibu dapat”
Tiba-tiba sebuah asap menarik ku, ibuku pun
menghilang. Saat aku terbangun, aku sudah berada di ruang tamuku, ibuku mengusap-usap
rambutkan dan seperti sedang membaca doa.
“Ibu? Siapa anak kecil tadi? Dan apa hubungannya
dengan boneka yang kudapat, apa yang terjadi sebenarnya di rumah ini?” Tanyaku
seraya bangun dari pangkuan ibuku, dan duduk memandanginya dengan wajah penuh
penasaran.
“Itu tadi adalah Nathan, seorang anak Belanda yang
meninggal disini berpuluh-puluh tahun yang lalu, keluarganya adalah yang
memilih menetap di Indonesia, dan tak mau kembali ke Belanda, ibu menarikmu
karena itu berbahaya jika kemampuanmu lemah dan mengikuti mereka, kau bisa-bisa
tak kembali makanya ibu menarikmu untuk kembali, sekarang lebih baik kau
kembali tidur dan lupakan yang tadi itu.” Jawabnya dengan mulai melangkah
menuju ke kamarnya yang memang masih 1 ruangan dengan ruang tamu, dan hanya di
pisah sebuah pintu besar, yang membukanya harus ditarik ke samping dan terdapat
roda dibawahnya.
“Ibu, bolehkah Flow tidur dengan ibu malam ini? Flow
takut bu” Sedikit ke merengek seperti anak kecil yang masih berusia 6 tahun
yang sedang meminta sebuah peren lolipop.
“Kemarilah putri kecilku.” Jawab ibuku dengan
melambaikan tangannya seraya mengajak”
Malam itu kuhabiskan tidur bersama ibuku dikamarnya,
tapi hampir semalaman aku tidak bisa tidur nyenyak. Aku masih terpikirkan oleh
anak kecil itu, apa yang dia inginkan? Apa hubungannya denganku. Dan kenapa hal
ini terasa aneh bagiku, anak kecil itu seperti meminta pertolongan padaku.
Seperti ada sebuah hal yang harus aku ungkap pada semuanya, lewat boneka itu
dia seperti meminta pertolonganku. Walaupun kemampuan indigoku jarang kugunakan
tapi aku masih bisa merasakan hal-hal seperti itu.
Pagi ini semua seperti biasa, tidak ada yang aneh.
Hanya ada aku dan ibu di meja makan sembari menikmati sarapan kami pagi ini,
roti tawar dengan selai kacang adalah kesukaanku. Sudah 1 minggu ini ayahku
bekerja diluar kota karena ada tuntutan dinas dari kantornya. Kembali aku harus
naik sepeda ke sekolah, karena biasanya ayalah yang mengantarku ke sekolah
dengan mobil. Orang tua ku tidak pernah memberiku sepeda motor sebelum umurku
benar-benar 17 tahun dan mendapat SIM, mereka patuh sekali pada hukum kurasa.
Melamun dan terus melamun selama perjalanan, hari
ini malas sekali berangkat ke sekolah. Ingin ku hanya menulis sebuah cerita,
atau membaca sebuah novel sembari mendengarkan lantunan musik jazz yang begitu
indah. Begitu nikmat kurasa.
Dan tiba-tiba ketika ku sedang asik melamun menembus
jauh, seorang anak kecil lewat. Dan yap tabrakan tak dapat dihindari walaupun
sudah ku rem dengan sekuat tenaga. Tapi....
Tembus, sepedaku menembus badan anak kecil itu,iya
menembus! Seperti bayangan yang ada di film-film, ini benar-benar tembus tidak
main-main. Saat ku lihat belakang sudah tidak ada siapapun, bersih. Seperti
telah tertiup angin. Saat kembali melihat depan untuk melanjutkan perjalanan.
Aku melihat seorang anak kecil disana, dia hanya berdiri diam. Bajunya sama
seperti anak yang sama saat kutabrak tadi, ya! Ini memang dia. Kemampuan indigo
ku yang memang tak pernah ku asah telah kembali. Aku menatap anak itu, apa yang
dia inginkan dariku. Rumah baruku yang belum genal sebulan ku tempati, telah
benar-benar membawa kesan yang tak akan kulupakan.
Hampir 15 menit kami diam tanpa kata, dia hanya
terus menatap kebawah. Menatap seatunya yang berwarna kebiruan. Diam dan
diam...
“Apa yang kau inginkan dariku?” Aku coba membuka
perbincangan, walaupun aku tahu aku sangat ketakutan. Karena sudah lama sekali
semenjak kejadian “mimpi” gelap itu. Aku sudah tidak pernah merasakan hal-hal
seperti itu lagi.
Tidak ada jawaban darinya, tapi tangannya menunjuk
suatu tempat. Itu gereja tua dengan model klasik jaman belanda. Mungkin sudah
tidak digunakan sekarang.
“Apa yang kau perlu tahu dari gereja tua itu? Aku
baru disini, aku tidak tahu banyak. Biarkan aku lewat.” Mulai sedikit
menghentak, agar anak itu takut dan sedera menyingkir. Karena jam ditanganku
sudah menunjukan pukul 7 kurang 15 menit, bisa-bisa telat aku masuk sekolah.
“Aku hanya inginkan benda didalam gereja tua itu,
tolong ambilkan itu untukku. Aku janji tidak akan mengganggumu lagi Flow”
Suaranya begitu serak dan dalam. Seperti tertahan oleh sesuatu, mungkin dia
sudah bertahun-tahun tidak bicara
“Baiklah hanya benda bukan? Itu mudah, tapi kau
sudah janji untuk tidak mengganggu aku dan ibuku lagi.”
Segera ku putar balik sepedaku dan menuju gereja tua
itu, pintunya sudah lama tak dibuka. Sangat berat dan sudah begitu tapuh, oh..
Seperti ini dalamnya sebuah gereja. Karena aku tidak pernah tau dalam sebuah
gereja, karena aku seorang muslim. Anak kecil itu muncul lagi disampingku, dia
seperti bisa menghilang dan muncul dimanapun dia mau.
“Kau membuatku kaget Nath, baiklah. Benda apa yang
kau inginkan untuk aku ambilkan disini.”
Kali ini dia menunjuk sebuah harmonika tua.
Harmonika itu sudah cukup tua, tanpa pikir panjang aku mengambil benda tua dan
segera keluar dari tempat mengerikan itu. Tak ada sinar matahari yang masuk
kesana, debu-debu membuat nafasku semakin sesak.
“Baiklah Nath sudah kuambilkan benda ini, biarkan
aku pergi ke sekolah sekarang!” Segera kunaiki sepedaku, dan bersiap untuk
mengayuhnya.
-Bersambung-
Makasih udah baca sampai abis:) jangan lupa comment! Jangan bosen-bosen visit ya!
EmoticonEmoticon