8 Dec 2013

Bullying


Cerita ini mengandung darah dan kekerasan. Jika tidak biasa mohon untuk tidak membacanya. Cerita ini untuk pelajaran agar kita tidak membully seseorang terlalu. - @Argasays
            
            Hari ini adalah hari terburuk dari sekolahku, karena hari ini adalah hari khusus tanpa pelajaran. Tapi kami harus bersosialisasi antara satu kelas dengan kelas lain, sedangkan aku? Aku memang terkenal pintar di sekolah ini, tapi itulah yang membuatku sedikit tersika, mendapat ancaman jika aku tidak memberi contekan jawaban pada mereka. Aku pintar karena aku tidak pernah menghabiskan waktu dengan keluar bersama temanku, atau sekedar kongko di sebuah cafe. Aku hanya seorang kutu buku, yang bergelut dengan buku jika kesepian. Buku dapat membuat rasa sepi ku hilang.
            “Apa kau tidak keluar ann? Diluar begitu ramai, mungkin kita akan mendapat banyak kenalan disana.” Perempuan itu mengajakku, dia adalah marrie. Dia cantik, baik, begitu manis. Aku iri padanya, semua laki-laki akan melihatnya jika dia sedang senyum, atau sekedar mengurai rambutnya, karena rambutnya selalu diikat.
            “Tidak perlu, aku lebih baik dikelas dan mengerjakan tugas matematiku.” Jawabku sambil tersenyum kearahnya, dalam hati kecilku sesungguhnya aku ingin, tapi bagaimana lagi. Aku tak suka memiliki banyak teman, itu akan membuatku semakin kacau, aku lebih suka ketenangan.
            Marrie segera keluar dari kelas, kulihat ia menggunakan sepatu dan ikat rambut baru hari ini, kurasa ia sudah mempersiapkan semuanya khusu untuk hari ini.
            “eh itu kan si kutu buku, pantesan dia gak keluar. Kan dia kutu buku, kerjanya cuma sama buku, aku rasa dia selalu berbicara pada bukunya setiap hari.” Teriakan dari luar kelasku segera memecah suasana, ia adalah Rose, dia memang paling terkenal di seluruh sekolah ini. Siapa yang tidak kenal dia, dengan paras yang begitu cantik, rambut pirang yang begitu indah, dia idaman. Aku sedikit tidak suka padanya, dia begitu sombong, padahal dia adalah sepupuku, tapi terus saja mengejekku. Aku benci padanya!


***
            Syukurlah hari ini segelah berakhir, aku segera mengambil sepeda dan memacuh nya dengan cepat, agar cepat sampai rumah. Mandi air hangat mungkin bisa meregangkan otot-ototku yang kaku. Tidak terasa, rumah dengan model klasik tua, dengan cat tembok berwarna cokelat. Warnanya sudah sedikit pudar, segera assisten rumah tanggaku, biasa ku panggil Ina, dia segera berlari membukan pagar untukku dan mempersilahkan aku masuk. Aku tak banyak bicara, aku sudha lelah hari ini.
            Segera ku berlari menuju kamar, ku tanggalkan seragamku dan mengganti dengan pakaian berenangku. Berendam di Jacuzzi dengan air hangat dan mendengar iringan musik blues memang begitu indah, fuhh syukurlah hari ini telah terlewati. Ku melihat ponselku hanya bordering di samping Jacuzzi di atas meja. Aku tidak perduli siapa yang telepon, aku sudah lelah.
Berkali-kali ponsel itu masih bordering, aku lelah medengar getarannya. Ku lihat ternyata sepupuku Rose yang menelepon, apa yang ia inginkan? Bukankah dia benci padaku, lalu untuk apa ia menelepon. Karena rasa penasaran pun aku segera memencet tombol hijau di ponselku.
            “Rose ada apa? Untuk apa kau meneleponku?” Aku begitu curiga dengan yang ia lakukan, tapi tetaplah dengan berpikir positif saja.
            “Oh hy Anne, aku akan mengadakan pesta ulang tahun. Apa kau mau datang? Dresscode nya adalah hewan, kau bisa jadi bebek atau angsa, sesukamu saja. Nanti malam ya” Dia berbicara begitu meyakinkan, tapi kudengar ada beberapa tawa di belakangnya.
            Bagaimana ini? Aku sedikit curiga padanya, namun ia tetap sepupuku. Baiklah aku memutuskan untuk datang saja. “Baiklah aku akan datang Rose.”
            Segera ku putuskan sambungan teleponku, aku tak ingin bicara cukup banyak dengannya hari ini, itu hanya membuat moodku semakin hancur, setelah berendam di Jacuzzi cukup lama, aku memutuskan untuk menyudahinya dan segera mengerjakan tugas untuk besok, tidak ada lagi yang bisa kulakukan, itu hanya untuk mengusir kesepianku. Dan jika aku pintar, kurasa itu hanya bonusnya.
***
            Malam ini aku memutuskan untuk jadi ayam, karena hanya ini baju ayam yang dapat kusewa. Segera aku menyuruh supirku menyiapkan mobil, setelah aku siap ku berlari menuju teras depan, disana sudah ada supirku yang siap mengantarku kemanapun aku suruh.
            “Ke rumah Rose ya pak?” Setelah aku naik, dudk di belakang dan cek ponselku, ada text dari Rose disana, dia bilang agar aku segera datang, pesta telah dimulai disana.
            Supirku tak banyak bicara, dia langsung mengantarku ke rumah Rose, disana sepi. Mana pesta yang ia maksud? Apa ia mengerjaiku. Aku masuk ke dalam rumahnya, disana gelap tidak ada seorang pun.
            Namun tiba-tiba lampu menyala, dan setumpukan bulu ayam jatuh ke badanku. Aku seperti orang bodoh disana, semua orang menyemprotku dengan air. Aku benar-benar sudah menjadi bodoh disana. Ah sial, bodohnya aku percaya dengan tawaran Rose. Aku tau ia sangat benci padaku. Aku segera berlari menuju mobilku dan menggebrak pintu mobilku, aku benar-benar kesal hari ini. Ah bodohnya aku hari ini.
            “kenapa non? Kok sedih gitu, ke pesta ulang tahunnya gak jadi?” Wajah supir itu terlihat kebingungan, seperti bayi yang dilepaskan dari gendongan ibunya.
            “Tidak apa pak, sudah cepat jalan. Aku ingin segera pulang dan tidur” Aku menangis sesenggukan.
Mobil berjalan dengan cepat menuju rumahku, hari itu benar-benar tersial dari hidupku. Betapa bodohnya aku bisa percaya dengan Rose yang selama ini jahat padaku, kulihat di akun jejaring social milik Rose sudah terpasang foto koyol ku tadi, ia memang dengan tagar #Bodoh #Idiot #KutuBuku #Haha. Ia mendapat begitu banyak sekali re-tweet hamper 500an. Aku kacau, aku sudah seperti ingin menembakkan timah panas di kepalaku ini. Besok pasti anak-anak satu sekolah akan menertawakanku, lebih baik aku mati saja! Tunggu, bagaimana jika kulakukan sebaliknya.
            “Rose, temui aku hari ini di bangunan tua di belakang sekolah. Ada yang ingin kubicarakan padamu, aku begitu bahagia kemarin bisa mendatangi pestamu. Jika kau tak datang, ku anggap kau hanya sampah!”
Begitulah text ku pada Rose, tepat pulang sekolah hari ini dendamku akan terbalas padanya!
            Ia datang, tapi tidak sendirian. Ia membawa 3 temannya disana, seperti yang kuinginkan, hari ini aku kana pesta besar-besaran. Aku sudah siapkan satu lubang besar disana yang di tutup oleh kertas-kertas bekas. Dan tepat seperti yang kurencanakan, mereka terjatuh disana, seperti kumpulan anak ayam yang kehilangan arah menuju rumahnya. Aku mendatangi mereka, kulihat mereka begitu kebingungan.
            “Apa yang akan kau lakukan kutu buku? Ha? Naikkan kami sekarang bodoh!” Rose beteriak-teriak, aku tau ia sangat ketakutan, kulihat dari gerak-gerik matanya. Ia begitu ketakutan.
            “Tepat seperti apa yang kuinginkan! Semua berjalan seperti seharusnya. Bullyan mu terhadapku, harus ku tuntaskan sekarang!”
            Aku Segera menaiki truk yang kusiapkan yang telah berisi Tir panas. Aku segera menenggelamkan separuh badan mereka ke dalam Tir panas itu. Tapi kusisahkan setengah badan atas mereka, agar aku bisa menyiksa mereka. Tir itu segera mengeras, mereka benar-benar berteriak kesakitan sekarang, aku melihat air mata mereka menetes. Aku turun ke dalam lubang itu, aku membungkuk kan badanku, segera ku tusuk pisau panas yang telah ku siap kan ke dada Rose, dia berteriak kesakitan, darah merah segar membuncah. Seperti seekor sapi yang telah tersembelih dengan rapi. Setelah puas menusuk-nusuknya, Rose tersenggal-senggal, nafasnya kurasa tinggal samapi tenggorokan. Aku menyiramnya dengan perasan air jeruk nipis, dia berteriak merontah-rontah, tapi siapa yang akan mendengarkan ia disini?
            Dua temannya melihat Rose hingga nafas terakhirnya berhembus, sekarang tinggal dua orang ini yang akan ku selesaikan, ku ambil pistol yang kusimpan di tasku, aku telah menyiapkan dua timah panas di pistol ini. Pistol ini kudapat dari ayahku yang memang hobbynya berburu, aku sengaja menyelinap ke ruang kerja ayah, dan meminjamnya. Dan kurasa inilah jalan kalian ber-tiga tiada. Ku tarik pelatuk kearah mereka bergantian, sekali lagi darah membuncah kemana-mana. Bau amis tersebar dimana-mana. Setelah kupastikan mereka tak bernyawa, segera aku membersihkan tanganku, aku menuju ke mobil yang masih berisi Tir panas itu, dan menutup mereka sampai penuh. Dan jejakku tak akan pernah terlihat.
            “Semoga kalian tenang disana, Bullyan kalian telah kubalas dengan hal setimpal!”
-END- 

@Argasays

Makasih udah baca sampai abis:) jangan lupa comment! Jangan bosen-bosen visit ya!
EmoticonEmoticon