18 Nov 2013

Ayunan Kecil -PART 3-


“Tidak Flow, aku tidak bisa memegang benda nyata seperti ini. Pergilah pulang, dan hancurkan benda ini tepat di kamarmu! Karena kamar yang kau tempati sekarang adalah kamar milikku dulu.” Kali ini dia menunjukan wajahnya, dia tidak menyeramkan. Bahkan dia tampan. Mukanya begitu lucu.
“Tapi aku harus sekolah Nath!” Kali ini nadaku benar-benar serius, karena tinggal 5 menit lagi jam sekolahku berbunyi.
“Kalau begitu, bawalah harmonika itu bersamamu Flow. Dan aku akan mengikutimu kemanapun kau pergi untuk memastikan bahwa harmonika itu baik-baik saja”
“Terserah padamu saja”
Untung aku tidak terlambat, semua berjalan baik. Kecuali harmonika, harmonika itu terus saja menjadi pertanyaan bagi teman-teman sekalasku. Sejak kapan aku bisa bermain harmonika? Aku hanya bisa tersenyum menjawab pertanyaan mereka.
Jam pulang sekolah telah berbunyi siang ini, segera kupacu sepedaku menuju rumah, berlari menuju kamarku ditingkat kedua dari rumahku. Dan membaringkan badanku di kasur, aku sudah seperti orang yang tidak tidur berminggu-minggu.
“Flow Flow, hancurkan itu sekarang! Aku ingin segera bermain”
Suara anak laki-laki kecil menghentikan istirahatku, aku segera bangun dan anak kecil itu sudah berada di hadapanku. Ya siapa lagi kalau bukan Nathan.
Dan kupukul harmonika itu sekeras-kerasnya, ku banting, ku injak. Dan hancurlah benda itu menjadi berkeping-keping. Antara percaya atau tidak, dia mengambil harmonika utuh dari serpihan-serpihan yang telah kuhancurkan tadi.


“Terimakasih Flow, kau anak manusia yang begitu baik, kenapa kau tidak takut pada kami dan lari? Pemilik rumah ini sebelumnya selalu pergi.”
“Aku dan keluargaku beda, kami memiliki kemampuan spesial untuk lebih mengerti kalian, dan kurasa kau tidak begitu menakutkan. Kau begitu baik hans.”
“Terimakasih Flow, maukah kau mendengarkan aku memainkan harmonika ini?”
“Dengan senang hati Nath.”
Lagu yang ia mainkan begitu mengharukan, dia bermain begitu indah. Aku tak percaya ternyata dia baik, tak seburuk yang ku pikir sebelumnya, kupikir dia akan menterror keluargaku seperti yang biasa “mereka” lakukan.
***
Hampir 1 minggu ini aku tak melihatnya berkeliling rumah, 1 bulan yang lalu dia masih sering kulihat berlarian, duduk diayunan taman belakang, bermain harmonikanya dikamarku. Namun seminggu ini Nath sudah tidak sering mengunjungi rumahku lagi. Ayah yang sudah pulang dari kerja dinasnya sudah terbiasa melihatnya, jadi dia tidak begitu takut. Ibuku juga mengijinkannya tinggal bersama kami, selama dia melakukan hal yang wajar. Namun seminggu ini, aku begitu merindukannya.
“Nathan dimanapun kau berada sekarang, aku merindukanmu disini” - Flow
Hari ini minggu pagi, begitu cerah. Seperti biasa, aku berlari-lari pagi memutari area rumahku. Melewati  geraja tua waktu itu membuatku ingat dengan Nath.
“Flow..Flow apakah itu kau? Kemarilah”
Itu..itu suara Nathan, aku segera mencari sumber suara itu muncul, ternyata dari sebuah sekolah tua dibalik gereja itu. Mungkin bangunan ini dibangun dalam waktu bersamaan. Dan benar saja, ada Nath disana. Bersama banyak teman-temannya.
“Hai Flow.. Aku begitu merindukanmu” Dia mendatangiku dan memelukku.
“Kalian juga merasakan rindu? Kupikir hanya aku yang rindu padamu”
Ketika aku memeluknya, kemampuan membaca masa laluku keluar. Aku melihat banyak hal disana, tunggu ini kan berbulan-bulan yang lalu. Aku melihat Nath duduk di ayunan dan membawa boneka itu. Dia ditarik oleh perempuan, tunggu itu ibunya kurasa, dia membawa Nath ke lantai atas, tepatnya ke kamarku. Nath didudukkan di sebuah kursi dan matanya ditutup. Tunggu tunggu.. Seorang laki-laki berdiri disana, membawa sebuah pistol kecil. Astaga beginikah cara Nath mati? Aku tidak mampu melihatnya. Aku mencoba melihat lebih dalam.
Aku menemukan sesuatu, aku melihat Nath dikucilkan oleh teman-temannya, aku melihat ibu dan ayah nath begitu di cemooh, diasingkan oleh warga sekitar. Oleh karena ini mereka memutuskan bunuh diri?
***

Flow maaf kan aku, telah membuka kisah masa laluku. Kuharap kau tidak trauma bertemu denganku, sekarang aku telah memiliki sekolah dan teman-temanku. Ibu guruku bernama Emma, dia begitu baik Flow. Aku harap kau mengunjungiku setiap malam, tapi aku tau kau pasti takut keluar malam jika tidak aku menemanimu, tidak apa Flow, aku pasti mengunjungimu saat jam istirahat, tapi aku yakin kau telah tertidur saat jam 2 malam di waktu kalian. Flow kau tidak perlu mengkhwatirkan aku disini, kuharap kau bahagia disana.
                                                                                                Regards
                                                                                                --Nathan
Sekarang setiap malam, tepat pukul 2. Aku selalu mendengar ayunan itu bergerak, menghasilkan decitan antar besi yang begitu keras. Dan ditemani harmonika yang bermain begitu indah, seperti sebuah lagu tidur bagiku.
Kuharap kalian juga menemui Nathan suatu saat nanti, untuk itulah aku berani menceritakan cerita ini pada kalian.
“Karena yang selamanya jahat tidak selalu jahat dan yang begitu baik tidak sebaik kelihatannya.”

-END-
@argasays

Makasih udah baca sampai abis:) jangan lupa comment! Jangan bosen-bosen visit ya!
EmoticonEmoticon