7 Dec 2013

Ayunan Kecil -PART 1-


Malam itu hujan turun begitu deras, rintikan hujan menghantam genteng sangat terdengar  jelas, hingga membuat tv yang kunyalakan sedari  tadi tidak terdengar jelas.
“Flow” Terdengar suara ibu memanggilku.
“Iya bu”
“cepat kemarilah, ada yang ingin ibu tunjukkan padamu”
Aku segera bangkit dari sofa dan mendatangi ibu yang dari tadi berada didapur, aku tidak tahu apa yang ia lakukan, tapi kulihat ibu sibuk sekali
“Ada apa ibu?” Tanyaku sambil menepuk pundaknya.
“Coba lihatlah itu” Dia menunjuk sebuah pintu yang menuju ke taman belakang rumah kami. Ya rumah kami cukup besar,  dengan taman di belakang rumah, dan ada satu ayunan disana. Mungkin sepeninggal pemilik rumah ini yang lama.
Dia menunjuk ke jendela kecil yang ada di pintu itu, dan mengarah langsung pada ayunan kecil, aku melihat ayunan itu, tidak ada yang aneh. Hanya gelap dan ditemani rintikan air hujan yang mulai berhenti, dan membuat suasana sedikit mencekam untuk melihat ke ayunan itu.
“Ada apa ? tidak ada apa-apa disana bu”
“Lihatlah lebih dalam Flow” Dia menjawab tanpa sedikitpun memalingkan pandangannya dari ayunan kecil yang sudah tua dan berkarat itu.
            Aku coba menyempitkan mataku dan melihat lebih dalam, dan ya seperti aku bilang tadi. Tidak ada apa-apa disana, hanya gelap.
“Sudahlah bu, aku ingin ke kamar udah ngantuk banget, night mom”


Berbaring di kamar ini adalah hal terindah setelah seharian harus melawan kerasnya diluar sana, kamar ini bagai surga sekarang. Surga yang dalam artian lain, menyalakan mp3 yang sejak kemarin masih terpasang pada sebuah sound di meja belajarku. Playlist dari mp3 itu mulai bermain, seperti sebuah backsound dari rintik hujan yang sedang bernyanyi lepas tanpa batas, menembus pekatnya malam. Perlahan-lahan aku pun mulai memasuki alam bawah sadar, lagu yang sedari tadi bermain seperti merasuki pikiranku. Lantunan lagu-lagu jazz dan sedikit blues memang favoriteku.
Suara itu, tiba-tiba aku terbangun dari tidurku. Suara keras itu tidak asing bagiku, ibu; ya itu memang ibu. Apa yang ia lakukan malam-malam begini, berteriak-teriak diluar, dihalaman belakang. Segera aku bangkit dan mendatanginya, ibu bukan seperti ibu. Dia berteriak-teriak seperti anak kecil yang merengek karena melihat suatu mainan dan menginginkannya.
“Ibu? Ada apa? Sadarlah” Sembari menepuk-nepuk pipinya, kurasa dia telah kerasukan.
Tatapannya kosong, melihat langit jauh disana. Seperti menerawang sesuatu, sesuatu yang sangat jauh. Aku hanya melihatnya dan mengucapkan kata yang sama berkali-kali, doa yang dari tadi ku ucapkan dalam hati pun tak kunjung putus. Tuhan sadarkan ibuku.
“Flow? Ngapain kamu disitu” Suara dari arah belakang, tepatnya pintu yang menuju ke arah dapur. Suara itu tidak asing, tunggu dulu. Ibu!
Karena reflek aku segera memutar kepalaku kebalakang, untuk melihat apakah itu benar ibu. Itu ibu, syukurlah. Tapi tunggu, siapa yang aku sedang peluk ini? Astaga! Aku kembali meilhat, siapa yang sedang ku peluk dalam dekapanku ini?

Ini..ini..iniii.. Kengerian tiba-tiba muncul dalam benakku, menjadi sebuah boneka belanda tua. Ini seperti boneka rajutan tua. Boneka ini terlihat sekali buatan tangan. Dan...
-Bersambung-
@argasays

Makasih udah baca sampai abis:) jangan lupa comment! Jangan bosen-bosen visit ya!
EmoticonEmoticon