7 Dec 2013

Ayunan Kecil -PART 2-


Kemampuan indigo ku keluar, ya aku seorang anak spesial dengan kemampuan indigo, yang kudapat dari ibu. Aku melihat jauh kedalam-jauh sekali, kembali kemasa lalu yang kelam. Aku melihat anak kecil disana, dimana ini seperti tidak begitu asing. Astaga! Aku berdiri dihalaman belakang rumahku, disana ada anak kecil mungkin masih sekitar 3 tahun. Dia duduk disana memainkan boneka yang usang tadi, tapi disini masih terlihat baik, begitu manis. Dengan rajutan berwarna merah muda dan kain flanel berwarna merah maroon dan ada seperti kain pita dilehernya, begitu manis. Anak kecil itu masih terlihat remang-remang, kemampuanku memang jarang kuasah, sangat sulit menembus nya. Seorang wanita paruh baya mendatangi anak itu dari pintu dapur. Dia seperti menggendong anak itu dan mengajak nya pergi, entah kemana. Sesaat setelah aku ingin mengikutinya, sebuah tangan menahanku. Saat kulihat, itu adalah ibuku.
“Bukan urusan kita melihat masa lalunya, lebih baik kau kembali dan ibu akan menceritakan semua yang telah ibu dapat”
Tiba-tiba sebuah asap menarik ku, ibuku pun menghilang. Saat aku terbangun, aku sudah berada di ruang tamuku, ibuku mengusap-usap rambutkan dan seperti sedang membaca doa.
“Ibu? Siapa anak kecil tadi? Dan apa hubungannya dengan boneka yang kudapat, apa yang terjadi sebenarnya di rumah ini?” Tanyaku seraya bangun dari pangkuan ibuku, dan duduk memandanginya dengan wajah penuh penasaran.
“Itu tadi adalah Nathan, seorang anak Belanda yang meninggal disini berpuluh-puluh tahun yang lalu, keluarganya adalah yang memilih menetap di Indonesia, dan tak mau kembali ke Belanda, ibu menarikmu karena itu berbahaya jika kemampuanmu lemah dan mengikuti mereka, kau bisa-bisa tak kembali makanya ibu menarikmu untuk kembali, sekarang lebih baik kau kembali tidur dan lupakan yang tadi itu.” Jawabnya dengan mulai melangkah menuju ke kamarnya yang memang masih 1 ruangan dengan ruang tamu, dan hanya di pisah sebuah pintu besar, yang membukanya harus ditarik ke samping dan terdapat roda dibawahnya.
“Ibu, bolehkah Flow tidur dengan ibu malam ini? Flow takut bu” Sedikit ke merengek seperti anak kecil yang masih berusia 6 tahun yang sedang meminta sebuah peren lolipop.
“Kemarilah putri kecilku.” Jawab ibuku dengan melambaikan tangannya seraya mengajak”
Malam itu kuhabiskan tidur bersama ibuku dikamarnya, tapi hampir semalaman aku tidak bisa tidur nyenyak. Aku masih terpikirkan oleh anak kecil itu, apa yang dia inginkan? Apa hubungannya denganku. Dan kenapa hal ini terasa aneh bagiku, anak kecil itu seperti meminta pertolongan padaku. Seperti ada sebuah hal yang harus aku ungkap pada semuanya, lewat boneka itu dia seperti meminta pertolonganku. Walaupun kemampuan indigoku jarang kugunakan tapi aku masih bisa merasakan hal-hal seperti itu.
Pagi ini semua seperti biasa, tidak ada yang aneh. Hanya ada aku dan ibu di meja makan sembari menikmati sarapan kami pagi ini, roti tawar dengan selai kacang adalah kesukaanku. Sudah 1 minggu ini ayahku bekerja diluar kota karena ada tuntutan dinas dari kantornya. Kembali aku harus naik sepeda ke sekolah, karena biasanya ayalah yang mengantarku ke sekolah dengan mobil. Orang tua ku tidak pernah memberiku sepeda motor sebelum umurku benar-benar 17 tahun dan mendapat SIM, mereka patuh sekali pada hukum kurasa.


Melamun dan terus melamun selama perjalanan, hari ini malas sekali berangkat ke sekolah. Ingin ku hanya menulis sebuah cerita, atau membaca sebuah novel sembari mendengarkan lantunan musik jazz yang begitu indah. Begitu nikmat kurasa.
Dan tiba-tiba ketika ku sedang asik melamun menembus jauh, seorang anak kecil lewat. Dan yap tabrakan tak dapat dihindari walaupun sudah ku rem dengan sekuat tenaga. Tapi....
Tembus, sepedaku menembus badan anak kecil itu,iya menembus! Seperti bayangan yang ada di film-film, ini benar-benar tembus tidak main-main. Saat ku lihat belakang sudah tidak ada siapapun, bersih. Seperti telah tertiup angin. Saat kembali melihat depan untuk melanjutkan perjalanan. Aku melihat seorang anak kecil disana, dia hanya berdiri diam. Bajunya sama seperti anak yang sama saat kutabrak tadi, ya! Ini memang dia. Kemampuan indigo ku yang memang tak pernah ku asah telah kembali. Aku menatap anak itu, apa yang dia inginkan dariku. Rumah baruku yang belum genal sebulan ku tempati, telah benar-benar membawa kesan yang tak akan kulupakan.
Hampir 15 menit kami diam tanpa kata, dia hanya terus menatap kebawah. Menatap seatunya yang berwarna kebiruan. Diam dan diam...
“Apa yang kau inginkan dariku?” Aku coba membuka perbincangan, walaupun aku tahu aku sangat ketakutan. Karena sudah lama sekali semenjak kejadian “mimpi” gelap itu. Aku sudah tidak pernah merasakan hal-hal seperti itu lagi.
Tidak ada jawaban darinya, tapi tangannya menunjuk suatu tempat. Itu gereja tua dengan model klasik jaman belanda. Mungkin sudah tidak digunakan sekarang.
“Apa yang kau perlu tahu dari gereja tua itu? Aku baru disini, aku tidak tahu banyak. Biarkan aku lewat.” Mulai sedikit menghentak, agar anak itu takut dan sedera menyingkir. Karena jam ditanganku sudah menunjukan pukul 7 kurang 15 menit, bisa-bisa telat aku masuk sekolah.
“Aku hanya inginkan benda didalam gereja tua itu, tolong ambilkan itu untukku. Aku janji tidak akan mengganggumu lagi Flow” Suaranya begitu serak dan dalam. Seperti tertahan oleh sesuatu, mungkin dia sudah bertahun-tahun tidak bicara
“Baiklah hanya benda bukan? Itu mudah, tapi kau sudah janji untuk tidak mengganggu aku dan ibuku lagi.”
Segera ku putar balik sepedaku dan menuju gereja tua itu, pintunya sudah lama tak dibuka. Sangat berat dan sudah begitu tapuh, oh.. Seperti ini dalamnya sebuah gereja. Karena aku tidak pernah tau dalam sebuah gereja, karena aku seorang muslim. Anak kecil itu muncul lagi disampingku, dia seperti bisa menghilang dan muncul dimanapun dia mau.
“Kau membuatku kaget Nath, baiklah. Benda apa yang kau inginkan untuk aku ambilkan disini.”
Kali ini dia menunjuk sebuah harmonika tua. Harmonika itu sudah cukup tua, tanpa pikir panjang aku mengambil benda tua dan segera keluar dari tempat mengerikan itu. Tak ada sinar matahari yang masuk kesana, debu-debu membuat nafasku semakin sesak.

“Baiklah Nath sudah kuambilkan benda ini, biarkan aku pergi ke sekolah sekarang!” Segera kunaiki sepedaku, dan bersiap untuk mengayuhnya.
-Bersambung-
@argasays

Makasih udah baca sampai abis:) jangan lupa comment! Jangan bosen-bosen visit ya!
EmoticonEmoticon